Religiusitas merupakan salah satu aspek insani berupa getar hati dan kualitas manusia yang mendorong bertumbuhnya sikap atau kecenderungan hidup yang bernilai. Religiusitas merupakan hal yang mendasar atau esensial dalam hidup manusia. Dalam pengertian lain, religiusitas merupakan daya-daya insani yang bersifat batiniah yang ada di dalam kedalaman hati. Religiositas merupakan “ibu dari cinta kepada kebenaran, kesukaan pada gejala yang wajar, sederhana, jujur dan sejati”.
Religiositas merupakan inti dan daya agama. Bisa diumpamakan kalau agama adalah bunga yang indah, religiusitas merupakan sari bunga yang terletak di dalam jantung bunga itu. Agama atau religion (Latin: religio, re-legere) merupakan model kehidupan yang ditandai oleh ikatan atau keterhubungan praksis kehidupan doa-ritual, komunitas persaudaraan, dan tindakan amal kasih. Dengan demikian, religiusitas dan agama (religion) merupakan dua sisi dari model kehidupan yang menyatukan aspek empiris dan meta empiris atau menyatukan dua sisi insani, yakni sisi jasmaniah dan rohaniah. Ketika agama tidak didasari oleh kualitas batin atau religiositas, ia kehilangan daya dan akan menjadi sekedar kegiatan sosial-politik tanpa visi kemanusiaan yang utuh. Sementara religiusitas tanpa agama akan menjadi gerakan karismatik yang tidak bisa dijamin kelestarian dan keberlanjutannya.
Secara geografis, Indonesia merupakan bagian dari Asia yang menjadi tempat lahir dan berkembangnya agama-agama besar dan etika. Salah satu karakter khas masyarakat Asia adalah kedalaman dan kekayaan religiositas yang memberi pengaruh besar pada praksis kehidupan. Hidup berkomunitas yang harmonis lebih dipentingkan dibandingkan kepentingan individual. Komunitas-komunitas memiliki tradisi kepercayaan dan ritual yang khas. Dalam bidang politik, religiositas memberi pengaruh besar pada model dan praksis kepemimpinan. Religiositas juga berpengaruh terhadap praksis hidup masyarakat dan pendidikan dalam keluarga dan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang belum didominasi oleh perkembangan modernitas dan industri. Religiositas berpengaruh dalam memahami arti dan menghayati makna kesejahteraan.
Masyarakat Indonesia pada khususnya dan Asia pada umumnya menghayati hidup sebagai peziarahan menuju pada tujuan. Agama-agama besar di Asia mengajarkan tentang hidup sebagai berziarah. Setiap tahun ada jutaan umat muslim mengadakan ziarah ke tanah suci Mekah. Jutaan umat Kristiani mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci. Umat Hindu juga mengenal ziarah. Umat Budha pun demikian juga. Di masyarakat Jawa ada tradisi ziarah kubur. Berziarah merupakan kegiatan yang didorong gerakan batin dan pilihan dari dalam hati. Ziarah merupakan gerakan spiritual kosmik yang bertolak dari kesadaran diri untuk membarui hidup, meninggalkan hal-hal negatif di masa lalu, menimba semangat baru untuk membangun hidup lebih baik di masa depan. Ziarah merupakan lambang dari perjalanan hidup manusia yang terus menerus perlu memahami jati dirinya, relasinya dengan Tuhan, dan keterbukaan untuk mengalami bantuan serta bimbingan-Nya demi kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
Kesadaran manusia sebagai peziarah secara simbolik diekspresikan dalam berbagai tarian tradisional dan upacara adat. Upacara Nyadran dan Labuhan merupakan bentuk konkrit dari perayaan adat yang mengungkapkan keyakinan manusia bahwa hidup adalah peziarahan. Kegiatan berziarah dan upacara adat ziarah mengungkapkan keyakinan bahwa Tuhan adalah penguasa hidup manusia dan alam semesta. Dalam perayaan adat yang mengungkapkan keyakinan pentingnya pembaharuan hidup dalam peziarahan hidup secara jelas diungkapkan pula tanggung jawab manusia untuk menjaga kelestarian alam. Keselamatan manusia ditandai oleh relasi harmonis manusia dengan Allah dan alam semesta. Keyakinan ini juga menjadi salah satu inti yang diimani para pemeluk agama-agama besar. Dengan melaksanakan upacara tradisional atau kearifan lokal yang mengekspresikan keyakinan akan peziarahan hidup, para pemeluk agama yang berbeda mendapatkan ruang untuk berdialog dan membarui relasi serta komitmennya untuk melestarikan persaudaraan dan pelestarian alam.
Dapat dikatakan bahwa banyak agama asli dan agama besar di Asia menempatkan ziarah sebagai salah satu spiritualitas yang penting. Ziarah merupakan sikap religius yang berkarakter relasional dan dinamis. Setiap manusia merupakan peziarah. Ia berasal dari Sang Pencipta dan menuju pada Sang Pencipta. Spiritualitas ziarah yang dinamis menjadi titik temu berbagai penganut agama yang berbeda untuk membangun kehidupan bersama yang harmonis, adil dan bersaudara sehingga bisa saling membantu dalam menjalani peziarahan hidup dengan damai dan bahagia. Relasi dan dialog antar pemeluk agama yang berbeda dan antar umat manusia sebagai peziarah semakin berkualitas ketika dalam peziarahan hidup ini setiap pribadi sungguh menghayati tanggung jawabnya untuk melestarikan alam dan menjaga harmoni. Dalam dialog juga dibangun kesadaran dan tanggung jawab untuk mewujudkan keadilan dan kesadaran sebagai bagian dari komunitas umat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sama
Religiositas yang bertumbuh atas dasar pengalaman relasi manusia dengan Allah, dengan alam duniawi dan melalui alam duniawi, menumbuhkan sikap-sikap religius. Pemeluk agama apapun adalah makhluk Tuhan yang hidup dan bertanggungjawab untuk mengembangkan kualitas hidup bersama di tengah semesta ini. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama mestinya memiliki sikap sikap-sikap insani yang meliputi sebelas hal.
- Mengakui Kemahakuasaan dan kedaulatan mutlak Tuhan serta meyakini tanggung jawab manusia untuk mengembangkan diri secara aktif dan dinamis dalam kesatuan dengan alam sekitar.
- Meyakini bahwa hidup merupakan tugas mulia dan panggilan penuh cinta kasih dari Tuhan Yang Maha arif dan Pengasih. Hidup bukan sebagai fakta statis dan nasib yang tidak bisa diubah.
- Melihat manusia dalam kesatuan dengan sesama dan seluruh alam semesta yang dianugerahi rahmat kemerdekaan untuk memelihara dan melestarikannya secara kreatif serta menggunakan alam untuk tujuan yang mulia demi mencapai Sang Pencipta.
- Melihat alam semesta sebagai sahabat yang membantu manusia untuk hidup bermartabat dan mencintai Sang Pencipta.
- Melihat sejarah hidup manusia sebagai suatu proses dari Tuhan dan demi perkembangan ke arah tujuan pemenuhan janji Tuhan yang Mahabaik
- Peka terhadap segala yang terjadi di alam semesta dan inti kehidupannya. Dengan demikian manusia semakin menjunjung tinggi hal-hal yang agung dan sekaligus menghargai yang kecil dan remeh sebagai bagian dari proses hidup manusia di tengah alam semesta ini menuju pada Sang Pencipta.
- Memiliki tanggung jawab terhadap hidup pribadi dan bersama, teguh pada prinsip (tidak mudah terbawa arus), menyadari keterbatasan diri dan memahami sesama serta peduli pada mereka yang lemah.
- Berjuang untuk membangun hidup sejahtera dengan segala bakat yang dimiliki (eksplorer sejati) namun menyadari bahwa segala yang diupayakan serta hal-hal material sifatnya sementara dalam proses mengalami Allah yang mengatasi ruang dan waktu (mistikus).
- Memiliki belarasa dengan sesama dan bertanggungjawab terhadap kehidupan bersama.
- Mengakui adanya hidup fana dan baka dengan mengakui Tuhan yang Maha rahim terlibat dalam hidup fana maupun baka
- Menghayati hidup secara integral (utuh) di dalam kefanaan yang berhubungan dengan kebakaan.
Demikian pembahasan tentang Manusia Indonesia adalah Manusia Religius. Semoga dapat menambah pemahamannya tentang Opini,. Kritik dan saran melalui kolom komentar dibawah. Save dan share artikel ini untuk berbagi pengetahuan dengan klik ikon dibawah ini.
Social Media